Ruang Untukmu
Bad 964

Bad 964

Bab 964

“Ani.” Anita memanggil nama Ani karena kahawatir.

“Anita… Pertunangan itu batal. Raditya membatalkan pertunangan kami. Di–Dia berkata bahwa dia menyukai perempuan lain.” Ani térisak–isak saat menceritakannya.

“Kamu di mana? Saya akan ke sana,” tanya Anita dengan suara lembut.

“Saya akan kirim informasi lokasinya.” Ani hanya memerlukan seseorang untuk menghiburnya. Dia pun mengirim informasi tentang lokasinya pada Anita begitu menutup teleponnya.

Anita memberitahu ibunya lalu berangkat dengan mobil menuju sebuah kedai kopi. Saat menemukannya, Ani, yang baru saja ditolak cintanya itu, sedang duduk dengan mata sembab dan wajah murung.

Anita duduk di sebelahnya dan memeluknya. Ketika itu, Ani menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan Anita dengan air mata mengalir di pipinya.

“Semuanya akan baik–baik saja. Jangan menangis. Beruntung dia begitu jujur padamu tentang perasaannya sebelum segalanya terlambat.”

“Anita, saya penasaran perempuan seperti apa yang membuat laki–laki kaku seperti dirinya bersedia meninggalkan saya. Dia pasti perempuan yang hebat dan cantik sampai bisa memenangkan hatinya.” Kesedihan dalam dirinya diliputi juga oleh kekecewaan.

Anita menahan lidahnya beberapa saat sebelum menyampaikan kata–kata yang menenangkan. “Kita tidak usah memikirkan itu. Biarkan saja dia! Kamu juga tidak kalah cantik.”

“Hmm, tetapi saya tidak tahu harus bagaimana menghadapi Kakek, ayah dan juga ibu. Mereka pasti kecewa dengan saya.” Ani tidak hanya harus menerima pembatalan pertunangan ini, tetapi juga harus menghadapi kekecewaaan keluarganya.

“Jangan khawatirkan hal itu. Mereka pasti mengerti.” Anita kemudian merapikan helaian rambut Ani yang acak–acakan. “Kamu harus yakin bahwa keluargamu sangat menyayangimu.”

Ani mendengus dan mengangguk seperti anak kecil yang patuh. “Hmm, Anita, sebenarnya saya sudah merasakan sikap dinginnya saat acara pertunangan waktu itu. Beberapa kali saya mengirim pesan kepadanya, tetapi dia tidak pernah menjawabnya sama sekali. Memang benar

Dada Anita sesak karena merasa kasihan pada Ani, tetapi juga tidak bisa membantu sepupunya ini, yang menimbulkan perasaan bersalah di dalam dirinya. Jika saya tidak jatuh cinta pada Raditya di markas itu; jika sejak awal saya tidak pernah ada, apakah Raditya akan berkencan dengan Ani?

“Saya bertanya apakah perempuan yang dia sukai adalah orang yang luar biasa, tetapi dia bilang bukan itu masalahnya. Hanya saja tidak ada orang yang bisa menggantikan tempatnya di hatinya. Anita, saya sangat iri pada perempuan itu!” Ani mengedipkan matanya yang basah saat menumpahkan isi pikiran dan rasa sedihnya dengan tulus tanpa menyembunyikan apa–apa.

Dada Anita seakan diremas oleh tali yang tidak terlihat dan dia pun mengambil napas dalam- dalam. “Ani, sebenarnya—” Dia berharap bisa memberitahu yang sebenarnya.

“Apa?” Ani menatapnya dengan penasaran.

Menatap wajah Ani yang berlinang air mata, Anita menghela napas karena menyadari bahwa ini adalah hari yang berat bagi Ani. “Tidak ada apa–apa. Kamu pasti bisa segera melalui masa sulit ini.”

Setelah itu, Ani menyandarkan kepalanya di bahu Anita dengan lemas, “Anita, apakah kamu tahu? Saya dengar pamannya adalah wakil presiden negeri ini; bahkan ibunya juga dari keluarga berpengaruh. Saya yakin banyak perempuan hebat menyukainya.”

Alis Anita sedikit mengernyit. Raditya berasal dari keluarga berpengaruh? Lalu, wakil presiden itu adalah pamannya? Tetapi saya ingat bahwa wakil presiden masih begitu muda! Usia mereka hanya terpaut dua tahun.

“Anita, saya lapar. Saya belum makan apa–apa sejak tadi.” Ani tiba–tiba merasakan perutnya kosong.

“Apa? Dia bahkan tidak membelikan kamu makanan?” Amarah tiba–tiba mengaliri diri Anita.

Ani yang terkejut menatapnya dengan mata sembab.

“Berani–beraninya dia!” Saat itu sudah jam 1 siang.

“Bukan, bukan begitu. Saya meninggalkan restoran tanpa makan apapun. Jangan salahkan dia.” Ani mencoba memberi kesan baik atas diri Raditya karena Anita terlihat seperti ingin memukul

seseorang.

Anita mengambil napas dalam–dalam untuk menenangkan dirinya lalu memegang tangan Ani. “Ayo. Kita beli makanan yang kamu suka. Saya yang membayar.”

“Ayo kita makan dan bersenang–senang! Saya ingin menikmati hidangan laut yang paling

mahal.” Ani memutuskan untuk menghilangkan kesedihannya dengan makan.

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report