Ruang Untukmu
Bab 929

Bab 929

Bab 929

“Ah!” Makin Anita panik, makin dia tidak tahu apa yang harus diperbuat Akhirnya, dia jatuh ke lantai Saat itu, Raditya berdiri dari kursi dan Anita berlutut di lantal, Anita menopang diri dengan satu tangan sambil mencengkeram erat jubahnya dengan tangan lain. Dia terlihat berantakan. Yang lebih buruk lagi yaitu munculnya rasa sakit yang tajam dari lututnya.

Saat ini, Raditya berjongkok di depan Anita. Anita yang menyadari hal itu, kemudian terdiam dan tiba- tiba memohon pada Raditya. “Jangan Jangan tatap saya. Tolong, saya mohon. Pergilah!” dia menangis.

Entah seerat apa dia mencengkeram jubah itu, dia sudah merasa malu. Selain itu, sebanyak apa dia bisa menutupi diri dengan jubah? Raditya yang melihat ekspresi sedih Anita, kemudian mengerutkan alisnya. Permohonan Anita makin membuat hati Raditya tersayat. Rasa sakit sehebat ini belum pernah dialami sebelumnya olehnya.

Semakin Anita meminta Raditya untuk pergi, semakin dia tetap berdiri di sana. Tiba-tiba, Raditya mengulurkan tangan, yang mengejutkan Anita, membuat gadis itu mengangkat kepala dan menatap Raditya. Namun, tatapan kedua orang itu tidak bertemu satu sama lain. Raditya bahkan tidak memandang Anita. Raditya menghormati Anita dengan caranya sendiri.

Ketika lengan Raditya berada di bawah ketiak dan lutut Anita, Anita menarik napas dalam-dalam sambil gemetar. Raditya menggendong Anita dengan gaya pengantin dan menurunkan wanita itu di sofa. Luka berdarah itu menonjol di kulit Anita yang putih dan luka itu menimbulkan memar di sekitar kulit. Setelah menutupi Anita dengan jaket, Raditya pergi ke lemari dan kembali dengan kotak P3K kecil.

Air mata terlihat hampir tumpah dari mata Anita, tetapi bukan karena rasa sakit di luka itu. Dia hampir meneteskan air mata karena benci setidak berguna apa dan semenderita apa dia saat ini. Makin dia ingin menjaga jarak dari pria ini, makin dia tidak kuasa melakukannya. Ketika Raditya berjongkok, dia mengangkat kepala dan melihat air mata yang ditahan Anita. Raditya mengerutkan alis dan berkata

dengan dingin, “Kamu tidak perlu seperti ini. Entah denganmu atau tanpamu, saya akan tetap membatalkan pertunangan dengan

Ani.”

Anita yang mendengarkan kata-kata Raditya, hanya bisa menatapnya dengan mata terbelalak, dan air matanya langsung jatuh. Saat ini, dia tak tahu apa harus mengasihani Ani atau marah pada dirinya sendiri. Bagaimanapun, hubungan di antara Anita dan Raditya seharusnya tidak ada.

“Ani itu gadis yang baik. Dia cantik dan memiliki kepribadian yang ceria. Kamu harus memberi Ani kesempatan,” Anita menunduk dan menasihati Raditya.

Raditya menggunakan kapas untuk membantu Anita menghentikan darahnya dengan lembut. Tak seperti Anita-yang biasanya, yang takut akan rasa sakit. Sekarang, dia tidak merasakan apa pun dan membiarkan Raditya membalut luka itu.

“Saya tahu siapa wanita yang saya mau. Kamu tidak perlu memberi tahu saya tentang hal ini,” jawab Raditya sambil merapikan kotak P3K.

Anita yang kesal dengan jawaban Raditya, kemudian menggigit bibir, mengajukan argumen terbaik yang bisa diucapkan. “Kamu tidak bisa melakukan ini pada Ani, Raditya. Ani sangat mencintaimu. Malam sebelum pertunangan, Ani menelepon saya. Ani bilang kalau dia jatuh cinta pada pandangan pertama denganmu dan senang kalau kamu pria yang dia cintai, bukan yang lain. Kamu tidak boleh mengecewakan Ani,”

Raditya yang mendengar perkataan itu langsung berhenti dan mengerutkan alis. Pada hari pertunangan,

seluruh Keluarga Maldino seharusnya berada di sana. Akan tetapi, Anita malah ditinggalkan karena wanita itu dilindungi.

“Kalau saja saya pergi ke pertunangan hari itu, tentu akan sangat menyenangkan. Lalu, kita tidak akan melakukan kesalahan ini.” Anita menghela napas seolah-olah membenci semua yang telah dilakukan sampai saat itu, tidak menyadari ekspresi marah pria di sampingnya.

“Saat Ani menelepon saya, saya seharusnya bertanya siapa nama tunangannya. Jika saya tahu itu kamu, saya akan … saya akan …” Anita menghentikan apa yang dikatakannya begitu dia sampai pada poin ini.

“Kamu tidak akan jatuh cinta pada saya, kan?” Raditya melanjutkan kata-kata Anita dengan dingin.

Anita tiba-tiba mengangkat kepala dan mengoreksi pria itu dengan berkata, “Saya tidak jatuh cinta kepadamu. Saya hanya memiliki kesan yang baik tentangmu, dan hal itu bukan cinta. Jangan salah paham.”

Raditya menyilangkan kedua lengannya, lalu menatap Anita dengan dingin. Dia melihat Anita berusaha menyangkal perasaannya kepada Raditya, ini bukan hal yang menyenangkan untuk dilihat. Raditya penasaran bagaimana Anita bisa melakukan hal itu hanya dalam sehari ketika dia begitu kasmaran saat merayu Raditya.

“Jadi, apa kamu mau bilang kalau mengenal saya merupakan sebuah kesalahan?” Raditya menggertakkan gigi dan bertanya.

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report