Ruang Untukmu -
Bab 902
Bab 902
Bab 902
Raditya akhirnya mengerti apa yang dimaksud oleh Anita.
Anita terus mengoceh tanpa memperhatikan Raditya, “Saya akui bahwa saya memiliki perasaan terhadapmu, tapi perasaan itu hanya sedikit, itu saja. Kamu tidak perlu khawatir tentang saya yang terus–menerus mengejarmu. Saya tidak akan melewati batas.”
Tiba–tiba, dia menyadari bahwa Raditya tetap diam. Dia bisa saja terus mengoceh, jadi dia memutuskan untuk diam dan berpikir apa lagi yang akan dia katakan selanjutnya.
Dia menarik napas dalam–dalam dan berbalik untuk melihat pria di sebelahnya. Dia mengamatinya selama beberapa detik dengan matanya yang cantik, setelah itu dia bertanya dengan nada sedikit kesal, “Apa kamu tinggal di kamar yang sama dengan Nona Arini?”
Raditya tetap diam.
Tiba–tiba, Anita merasa seolah–olah ada beban besar di dadanya dan matanya kemudian berkaca– kaca. Dia berpikir bahwa Radita telah tinggal di kamar yang sama dengan wanita lain dan memegang wanita lain dalam pelukannya saat mereka tidur bersama. Kemudian, dia memperhitungkan bahwa tidak lama lagi, dia mungkin akan melihat Raditya menunjukkan kasih sayangnya kepada wanita lain di depan umum.
Pada saat itu, dia ingin menjauh dari Raditya sejauh mungkin. Dia memalingkan wajahnya ke arah lain dengan sedih dan berkata, “Raditya, bisakah kamu mengirim orang lain untuk melindungi saya? Saya tak butuh perlindunganmu.”
“Kenapa?” pria di sebelahnya bertanya dengan suara serak.
Anita berusaha keras untuk menahan emosinya tetapi tiba–tiba, dia menangis setelah mendengar ucapan Raditya. Suaranya pecah saat dia menangis sambil terisak, “Karena saya tidak ingin melihatmu.”
Setelah mengatakan itu, Anita mengangkat tangannya untuk mengusap air mata di wajahnya.
Pada saat itu, ada ekspresi tertegun di wajah tampan Raditya dan dia dengan lembut menekan telapak tangannya yang besar ke bahu Anita. Namun, dia tidak berbalik untuk menatapnya tetapi menggeser tubuhnya dan menjaga jarak darinya.
Akhirnya, Raditya menyadari betapa beratnya situasi itu sehingga dia berdiri tiba–tiba dan datang ke sisinya. Di bawah cahaya lampu, mata Anita berlinangan air mata dan saat dia mengerutkan bibirnya, ekspresinya penuh kesedihan.
Hatinya merasakan sakit dan ekspresinya terlihat cemas. Secara naluriah, Raditya berjongkok dan mengulurkan tangan untuk membelai wajah Anita. Anita yang terkejut langsung gemetar dan menatapnya dengan bingung sampai dia menyadari bahwa jari–jarinya yang kasar memang membelai pipinya.
Anita tertegun dan dia bertanya–tanya apakah ini mimpi. Apa pria ini benar–benar menghapus
air mata saya?
“K–kamu harus pergi.” Anita menyadari bahwa dia seharusnya tidak membiarkan Raditya terus melakukan itu. Bagaimanapun, wanita yang dicintainya ada di sana sehingga Raditya tidak seharusnya bersikap begitu dekat dengan Anita.
Tiba–tiba, Raditya menghela napas. Selanjutnya, dia merentangkan tangannya dan menarik
Anita.
Anita yang tidak merasa curiga sedikitpun ditarik dari tempat duduknya dan wajahnya yang berkaca– kaca menabrak dada Raditya yang kekar. Dia merasakan tangan yang kuat memeluk pinggangnya dan bagian belakang kepalanya juga ditekan dengan sangat kuat. Dia dipaksa untuk tetap dalam pelukan Raditya tanpa pilihan lain.
“Kamu … Raditya, lepaskan saya …” Kemudian Anita merasa bahwa Raditya adalah seorang bajingan.
Kekasihnya ada di sisinya namun dia di sini mengambil inisiatif untuk mendekati Anita. Apa dia ingin saya menjadi ba“ngan juga seperti dia?
“Apa kamu bodoh?” Tiba–tiba, ada suara lembut yang terdengar dari atas kepala dengan nada mengur.
Anita langsung marah. Beraninya dia menegur saya! Dia berjuang keras untuk mengangkat kepalanya dan saat dia melakukan itu, dia bertemu dengan mata hitam Raditya yang penuh dengan keusilan dan frustrasi.
Namun, Anita tidak menyadari bahwa di balik semua itu, ada beberapa emosi lain yang jauh lebih rumit yang tersembunyi di balik matanya. Dia sepertinya berusaha keras untuk menahan hasratnya.
Matanya berkilauan dengan air mata dan baginya, hal itu sangat memicu kemarahan Raditya.
Raditya cukup tergoda untuk mengecup dahi wanita itu saat dia menyipitkan matanya dengan jengkel. “Kamu bahkan belum mengetahui kebenaran, tapi kamu sudah menangis hingga seperti itu. Apa air matamu sangat begitu mudah sekali terjatuh?”
Anita merasa tidak mampu berkata–kata. Apa yang dia bicarakan? Saya tidak mengerti!
“Raditya, apa yang ingin kamu katakan? Langsung saja ke intinya. Jangan bertele–tele karena saya tidak akan engerti. Juga, jangan berani–beraninya kamu menegur saya.” Anita tiba–tiba merasa sangat marah. Dia tidak ingin terlihat sebagai orang bodoh yang tidak tahu apa–apa di depannya.
“Arini baru saja tiba di markas hari ini dan juga, dia adalah salah satu orang yang dilindungi untuk menghindari memicu masalah sensitif. Saya bahkan tidak mengenalnya sama sekali sebelumnya,” Raditya menjelaskan dengan suara lembut.
Pada saat itu, Anita dibuat terpesona dan dia tetap dalam keadaan linglung selama beberapa detik sebelum menutupi wajahnya dengan kedua tangan karena malu.
Dia berteriak berulang kali dalam pikirannya, saya seharusnya menghilang begitu saja dari muka bumi ini! Ini sungguh memalukan! Kenapa saya terus melakukan hal–hal bodoh dan gegabah di depannya?
If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report