Ruang Untukmu
Bab 840

Bab 840

Bab 840

“Jadi, kamu bukan dari perusahaan pengawal?” Anita mundur selangkah. Tiba–tiba dia mendapat firasat bahaya. Siapa sebenarnya yang saya sakiti?

Raditya mengerutkan kening. “Mari kita bicarakan saat kita kembali. Sekarang, pakai ini.”

Anita menggigit bibirnya, lalu mengulurkan tangannya untuk mengambil kemeja Raditya, dan menutuph tubuhnya dengan jijik. Saat dia mendongak, fisik sempurna Raditya yang bermandikan sinar matahari muncul di pandangannya.

Meski Anita punya pacar, dia tetap menatap pria di depannya selama beberapa detik.

Lagi pula, peluangnya untuk melihat tubuh sempurna seperti itu sangat kecil.

“Raditya, bisakah kita kembali sekarang?” tanya seseorang,

Raditya menjawab dengan suara berat, “Kita kembali sekarang.”

Anita diantar ke helikopter karena mobilnya hancur dan tidak bisa digunakan lagi. Jadi, mobilnya harus ditangani oleh perusahaan derek.

Setelah itu, semuanya naik ke helikopter. Tepat saat helikopter lepas landas, Anita merasa ketakutan seperti kehilangan keseimbangan meskipun dia mengenakan sabuk pengamannya.

“Ah-” Dia secara refleks memeluk orang di sebelahnya dan mendekapnya erat–erat. Dia membenamkan wajah kecilnya di dada Raditya yang telanjang.

Tubuh Raditya menegang, dan alis tajamnya berkerut. Dia menatap wanita itu sedang memeluknya seperti binatang di ambang kematian.

“Helikopter ini aman. Lepaskan saya,” perintahnya dengan suara serak.

Anita tersipu dan melepaskannya. Dia tidak ingin menyinggung perasaan Raditya, tetapi tidak ada orang lain di sini yang bisa dia peluk kecuali Raditya.

Saat menyadari apa yang terjadi, bawahan Raditya sengaja menggoda mereka dan menurunkan helikopter secara tiba–tiba.

“Ah-” Anita yang sedang tersipu tiba–tiba kembali memeluk Raditya dengan erat dan jantungnya berdebar kencang.

“Teddy, apa kamu mencoba menggali kuburmu sendiri?” Raditya menatap pilot di kokpit dengan tatapan peringatan.

Teddy Hardani tersenyum dan tidak berani bercanda lagi. Dia pun menerbangkan helikopter dengan mantap untuk kembali ke markas mereka.

Satu jam kemudian, Anita mandi untuk membersihkan dirinya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Setelah dia keluar dari kamar mandi, dia terkejut melihat satu set seragam loreng–loreng yang bersih dan rapi di tempat tidurnya. Siapa orang–orang ini? Mengapa ada peralatan militer di mana–mana di sini?

Ketika Anita mengingat apa yang terjadi tadi pagi, dia merasa tidak senang dan merasa pengawal misteriusnya semakin menyebalkan.

Dia membuka pintu dan keluar, falu melihat seorang pria duduk di sofa dan mengoperasikan komputer. Pria itu adalah Raditya.

“Hei, namamu Gading Ludito, ‘kan?” tanya Anita dengan nada kesal. Dia baru mendengar nama itu darinya pagi ini, tetapi dia tidak sepenuhnya yakin apakah itu benar–benar namanya.

“Nama saya Raditya Laksmana.” Raditya mengangkat kepalanya untuk membetulkan.

“Bagus! Kamu bahkan berbohong pada saya tentang namamu. Apa lagi yang kamu sembunyikan dari saya? Selain itu, apakah kamu mata–mata yang menyamar? Bagaimana kamu tahu saya dalam bahaya?”

“Kamu menabrak seorang wanita di bandara kemarin, dan wanita itu sedang memegang lipstik. Lipstik kalian telah tertukar. Sekarang, saya ingin kamu memberitahu saya di mana lipstik yang kamu dapatkan di bandara kemarin.” Mata Raditya tertuju padanya.

Anita mau tidak mau menatapnya dengan kaget dan duduk di hadapannya. “Ketiga orang itu mengincar saya hari ini hanya karena saya memakai lipstik yang salah? Apakah lipstik itu begitu penting?”

“Sebenarnya itu adalah USB drive yang menyimpan hasil penelitian senilai 140 miliar di dalamnya. Sekarang, beri tahu saya, apakah ini penting?” Raditya tidak berniat menyembunyikan kebenaran darinya.

Anita menahan napas. Siapa yang saya tabrak?

“Siapa mereka?”

“Mereka adalah pencuri top dunia dan penjahat berantai internasional. Sekarang, saya tanya, dimana lipstik itu?” Hal terpenting bagi Raditya sekarang adalah keberadaan lipstik itu.

Lipstik? Mata indah Anita sedikit melebar. “Saya… saya membuangnya kemarin ke halaman belakang rumah saya!”

Raditya tertegun mendengarnya. Dia mematikan komputer dan berteriak dengan marah “Kenapa kamu membuangnya?”

“Saya pikir lipstik itu milik saya. Lipstik itu pemberian dari pacar saya. Sekarang, kami sudah putus dan dia akan menikah dengan wanita lain. Jadi, saya membuang semua barang yang dia berikan kepada saya karena marah. Bagaimana saya tahu lipstik itu memiliki rahasia besar di dalamnya?” Anita pun tak bisa berkata-

kata.

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report