Ruang Untukmu -
Bab 741
Bab 741
Bab 741
Mereka langsung dikepung gerombolan bersepeda motor. Mereka mulai menghantam–hantam jendela mobil dengan besi jeniji di tangan. Pengawal yang duduk di bangku pengemudi membelokkan mobil untuk menjatuhkan gerombolan penjahat, tetapi yang memukuli jendela terlalu banyak jumlahnya. Tiba– tiba, sederet tiang penghalang muncul di depan mobil yang melaju. Rupanya gerombolan motor itu berada di sana hanya untuk mengalihkan perhatian, memaksa mobil untuk melaju dengan cepat, dan kemudian tidak bisa menginjak rem tepat pada waktunya untuk menghindari tiang.
Tentu saja, terdengar suara gedebuk. Walaupun menggunakan ban anti bocor, mobil pun akhirnya melambat karena paku yang sangat banyak. Alhasil, tiga mobil di belakang langsung melaju dengan cepat untuk
menyusul.
“Presdir Prapanca, sepertinya kita harus keluar dari mobil untuk berhadapan dengan gangster ini.” Ketua pengawal mengamati situasi dengan tenang, tahu pasti bahwa mereka tidak akan bisa melanjutkan sama sekali dalam situasi saat ini. “Mobil di belakang kita tidak bisa mengejar kita, tetapi kita sudah tertangkap oleh mereka. Kita hanya bisa keluar untuk sementara waktu.”
Elan mengangguk, setelah itu dengan rapi pengawal menarik karpet di bawah kakinya, memperlihatkan titik di mana mereka menyembunyikan senjata yang canggih dan lengkap.
“Bawa ini, Presdir Prapanca. Kita harus berhasil melakukan serangan balasan terhadap para penjahat ini.”
Elan menerima pistol itu, dan ternyata masih mahir dalam teknik menembak. Meskipun telah berkecimpung di dunia bisnis selama bertahun–tahun dan mempertahankan karir yang gemilang, dia tidak lupa dengan keahlian yang dipelajarinya saat berlatih dalam pasukan rahasia.
Demi menghindari baku tembak di jalan raya, mobil kemudian mengambil jalur pinggir jalan dan melaju masuk ke hutan yang lebat.
Empat orang yang berada di dalam mobil dengan cepat keluar dan mencari perlindungan. Pada titik itu, mobil gangster itu masuk, diikuti sepeda motor yang tiba satu persatu. Saat orang pertama ambruk ke lantai, yang lain langsung waspada.
Para gangster ini memiliki pemahaman minim tentang musuh mereka. Mereka hanyalah penjahat yang menginginkan uang setelah menyelesaikan misi, tetapi kali ini mereka tahu pasti targetnya adalah seorang kaya raya. Sangat mudah bagi mereka untuk menyingkirkan seorang pebisnis.
Namun, saat laki–laki kedua dan ketiga terbunuh, keberanian mereka pun diuji. Keahlian dan persenjataan lawan mereka jelas lebih unggul, begitu juga dengan keakuratan tembakannya.
“Ayo! Bersiaplah, semuanya! Siapapun yang membunuh target akan mendapatkan hadiah dua milyar!”
Saat para lelaki ketakutan itu mendengar hadiah dua milyar, mereka langsung tersadar dan bersemangat. Mereka tidak akan pernah bisa menghasilkan uang sebanyak itu dalam hidupnya, maka hari ini adalah satu- satunya kesempatan mereka.
Saat kepala gangster menyadari kalau mereka sudah kehilangan enam orang anggota, dia menjadi marah dan mengeluarkan bazooka yang baru saja mereka pakai untuk menembak musuh secara bertubi–tubi, dan akhirnya memaksa satu pengawal Elan untuk menampakkan diri. Sambil menghindari peluru, pengawal itu melukai kakinya dan terjatuh ke tanah dengan posisi sangat dekat dengan Elan.
Elan mengabaikan risiko diketahui musuh saat menyelamatkan pengawalnya. Dia mengulurkan tangannya dan menarik pengawalnya ke lokasi yang lebih aman.
“Jangan khawatirkan saya, Presdir Prapanca. Yang paling penting saat ini adalah keselamatan Anda,” pengawal menghela napas. Kakinya yang patah berdarah dan terbakar.
If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report