Ruang Untukmu
Bad 711

Bad 711

Ruang Untukmu

Bab 711

“Bu Emma, saya tidak begitu mengerti apa yang anda katakan,” kata Arya. Dia adalah seseorang yang memaksa untuk mendapatkan jawabannya.

“Kamu harusnya lebih mengetahui kenapa perusahaan suami saya bangkrut, dan cara apa yang kamu gunakan untuk mengancam orang-orang di sekitarnya untuk mengkhianatinya dan menjebaknya! Kamu yang telah membuat suami saya berhutang dua triliun ke bank, tetapi bahkan jika kamu membayar hutang itu, kami tak akan berterima kasih padamu. Pergi saja! Kamu masih muda, jadi kenapa kamu bertindak begitu kejam?” Setelah Emma selesai berbicara, dia pun berbalik dan pergi.

Di luar pintu, wajah Arya menegang saat mengingat apa yang dia lakukan untuk mengakuisisi perusahaan. Memang benar bahwa pencurian pusaka keluarganya telah mendorongnya untuk menikam mitra Donni dan mengancamnya untuk membuat jebakan agar Donni jatuh, sehingga membuat pria itu kehilangan perusahaannya dan bahkan berutang dua triliun ke bank.

Arya tak pernah menyesali tindakannya, tetapi untuk masalah ini, dia sedikit menyesal. Jika Donni dan Emma tahu tentang ini, apakah putri mereka juga tahu? Jika ya, apakah itu alasannya kenapa dia tidak menjawab teleponnya?

Di rumah sakit, Salsa baru saja mengambil ponselnya dari perawat. Begitu dia menyalakan layar, dua puluh delapan panggilan tak terjawab langsung muncul di pemberitahuannya.

Mau tak mau Salsa merasa terkejut dan segera menekan layar untuk melihat siapa yang menelepon, dan baru mengetahui bahwa itu semua adalah panggilan dari Arya. Apakah orang ini sudah gila? Kenapa dia menelponnya berkali-kali? Saat Salsa memikirkan hal itu, ponselnya berdering lagi dengan panggilan lain dari pria itu.

Tangan Salsa tersentak, membuatnya hampir menjatuhkan ponselnya. Untungnya, dia meraihnya kembali ke dalam pelukannya dan bertanya dengan marah, “Kenapa kamu terus menelepon saya?!”

Pria di seberang sana agak terbatuk sebelum bertanya, “Kamu ada di mana?”

“Saya sedang bekerja.”

“Kamu sedang bekerja?”

“Iya, saya sedang bekerja sekarang. Jika kamu tidak membutuhkan apa-apa ke depannya, tolong jangan mencari saya lagi,” ucap Salsa dengan tegas.

“Saya hanya memberimu liburan singkat. Saya tidak mengizinkanmu sepenuhnya meninggalkan saya,” gerutu Arya dengan sedih.

“Sepertinya saya tidak menandatangani kontrak untuk menjual diri kepadamu! Saya juga tidak membubuhkan sidik jari dimana pun. Saya memiliki kebebasan sendiri, dan kamu tidak berhak ikut campur lagi,” tegur Salsa dengan tajam, punggungnya ditegakkan saat dia berbicara.

Rasa bersalah Salsa karena kehilangan pusakanya langsung lenyap karena apa yang telah Arya lakukan pada ayahnya. Jika dia memang kehilangan benda itu, maka biarkan saja. Jika dia ingin Salsa membayarnya, maka dia tidak memiliki nilai apa pun untuk mengimbanginya, melainkan dengan nyawanya sendiri.

“Ayo kita bertemu!” Arya menyarankan, tak ingin berdebat dengannya melalui telepon.

Tanpa diduga, Salsa langsung setuju. “Baiklah. Saya akan menunggumu di kafe di sebelah Perusahaan Prapanca.”

Salsa bahkan telah memutuskan tempatnya.

“Baiklah.” Arya jelas saja merasa terkejut.

Salsa naik taksi untuk pergi menuju ke Perusahaan Prapanca dan berjalan ke kafe kelas atas di sebelahnya. Dia terus menyemangati dirinya sendiri dan memikirkan banyak hal. Secara khusus, ucapan Marina pun melekat di benaknya seperti mantra sihir, menyuruhnya untuk meninggalkan Arya, dan bahkan jika dia menyakiti pria itu, Salsa tetap harus meninggalkannya.

Salsa hanya melamun, tenggelam dalam pikirannya sendiri, ketika dia merasakan ada seseorang yang datang. Dia mengangkat kepalanya dan melihat pria yang baru saja masuk dari luar sudah muncul di hadapannya, sosok tampannya tampak bersinar oleh cahaya. Salsa merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dengan tak terkendali, dan semua wanita di sekitar mereka juga memiliki pandangan dan hati yang telah dicuri oleh pria

itu.

Arya langsung bisa melihat kalau gadis itu sedang duduk di sudut belakang. Dia pun melangkah dengan elegan, dan saat sudah duduk di sofa, dia menyilangkan kakinya yang panjang seolah itu adalah hal yang sudah biasa. Ketika pelayan datang, dia dengan santai meminta secangkir es Americano.

Salsa memelototinya, pandangannya tak lagi malu-malu dan patuh padanya seperti sebelumnya.

“Izinkan saya bertanya. Apakah kamu sudah menggunakan metode kotor untuk mengambil alih perusahaan ayah saya?” Dia pun segera menginterogasi Arya.

Arya mengangguk. “Benar, saya memang sudah melakukan beberapa tindakan, tapi itu karena…”

“Kamu tidak perlu menjelaskannya; saya tidak mau mendengarkan.” Salsa pura-pura kesal. “Apa yang sudah terjadi biarkan saja terjadi.”

Kilatan kejutan melinta di kedua mata Arya. Gadis itu sedikit berbeda hari ini, pikirnya.

Setelah kopinya disajikan, Arya mengambil cangkirnya dan menyesapnya sebelum berkata dengan suara rendah, “Lalu, bagaimana kamu ingin saya membayar kembali pada keluargamu? Katakan pada saya, dan saya akan melakukannya.”

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report