Ruang Untukmu -
Bab 514
Bab 514
Bab 514
Tasya menatap pengacara, Romi, dan pasangan ibu–anak yang diam– diam senang. Mereka berempat, yang menyembunyikan kebencian mereka, telah membentuk aliansi d emi keuntungan. “Apakah ini adalah surat wasiat yang ditulis secara pribadi?” Tasya memberikan tatap an dingin pada Ciko.
Ciko mengangguk tegas. “Ya, ini surat wasiat yang diganti Presdir Frans seminggu. yang lalu.”
“Bolehkah saya melihatnya?” tanya Tasya.
“Saya akan mengirim Anda salinannya nanti.”
Pingkan mencibir, “Tasya Merian, apa maksudmu? Apakah kamu mempertanyakan isi surat wasiat aya hmu?”
“Benar! Kamu sudah mendapatkan 30 persen saham, jadi mengapa kamu masih belum puas?” Elsa be rkata dengan alis terangkat.
“Sudah jelas siapa yang akan mengambil alih perusahaan sekarang. Orang itu adalah saya, saya mem iliki kualifikasi untuk menjadi manajer,” kata Pingkan penuh percaya diri.
“Bu, saya yakin kamu dapat mengambil posisi Ayah untuk mengelola Perusahaan Konstruksi Merian dengan benar.” Elsa me nyanjung ibunya.
Tanpa ragu, Romi mengatakan, “Nyonya Pingkan, urusan perusahaan akan diserahkan kepada Anda mulai sekarang.”
Para pemegang saham lainnya terkejut dengan kenyataan bahwa Pingkan akan mengambil alih perus ahaan karena mereka mengira Frans telah membimbing putri sulungnya yaitu Tasya untuk mengambil alih perusahaan.
Pak Romi. Kami masih membutuhkan Anda dalam hal– hal tertentu di masa depan,” kata Pingkan menunjukan penampilan otoritasnya dalam mengambil alih p erusahaan.
Tasya lebih peduli dengan kondisi ayahnya untuk mendapatkan kembali kesadaran, sebagai skema ba hwa Pingkan akan dihentikan saat ayahnya sadar. “Baiklah, kalau begitu saya akan meninggalkan peru sahaan di tanganmu.” Tasya berdiri setelah dia tidak menyatakan keberatan.
Pingkan dan Elsa sama–sama terkejut dengannya karena mereka telah
mengantisipasi Tasya akan membuat keributan tentang isi surat wasiat tersebut, dan tidak menerimany a begitu saja. “Nona Tasya, apakah Anda menyarankan agar urusan perusahaan ditangani sepenuhny a oleh Nyonya Pingkan dan Nona Elsa?” tanya
Romi.
Tasya mengangguk. “Ya. Tolong beri saya salinan surat wasiat itu,” katanya kepada Ciko. “Saya ingin membawa surat wasiat itu.”
Kemudian, Ciko menyerahkan surat wasiat kepada asistennya untuk membuat salinannya. Ketika sele sai, dia menyerahkan salinan surat wasiat kepada Tasya, dia berdiri, bersiap untuk meninggalkan ruan g konferensi.
“Tunggu, Tasya Merian. Apa yang kamu lakukan dengan menyembunyikan suami saya di Rumah Sakit Prapanca? Sebagai istrinya, apakah saya tidak punya hak untuk mengunjunginya?” Pingkan bertanya dari belakang.
Kilatan cahaya melintas di matanya sebelum Tasya menoleh ke arah Pingkan dan berkata, “Tentu saja, kamu berhak mengunjungi ayah saya. Selama kamu tidak menghalangi perawatannya di rumah sakit, saya tidak akan ikut campur.”
“Bagus. Kalau begitu, saya akan mengunjunginya nanti sore,” kata Pingkan.
“Baiklah, kamu bisa mengunjunginya setelah membuat janji,” jawab Tasya sambil memasang ekspresi setuju.
Pingkan dan putrinya saling menatap, karena mereka bingung Tasya tidak menindas seperti biasanya dan semuanya berjalan lancar sesuai rencananya.
Setelah memasuki kantor pribadi Romi, Elsa berkata dengan ekspresi bingung, “Apa yang sedang dim ainkan Tasya?”
Sambil menatap pasangan ibu– anak yang telah mendapatkan bagian yang mereka inginkan, Romi mengingatkan mereka, “Meskipun s
“Apakah kamu takut ayah saya akan sadar kapan saja sekarang?” tanya Elsa.
“Jangan khawatir! Para dokter di rumah sakit yang terafiliasi mengatakan kepada saya bahwa kemungk
“Bagaimanapun, kita harus melacak situasinya.”
“Saya akan memeriksa situasinya nanti sore saat mengunjunginya. Huh, Tasya berpikir bahwa dia bisa
Meskipun para reporter di luar telah memblokir jalan, para pengawal telah membuka jalan bagi Tasya ke
surat wasiat ini.”
Previous Chapter
Next Chapter
If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report