Ruang Untukmu -
Bab 475
Bab 475
Bab 475
Kalau dia berhasil mengalahkan Elan, itu akan jadi momen paling membahagiakan sepanjang hidupnya.
“Bawa Elan ke halaman. Saya ingin memberinya pelajaran.” ujar Yoga.
“Yoga, malam ini dia harus bersama dengan Nona Alanna...”
Seketika ekspresi wajah Yoga berubah mengerikan saat mendengarnya karena dia diam–diam menyukai Alanna selama tiga tahun. Saat tahu kalau Alanna akan menawarkan dirinya sendiri pada Elan dan Elan jelas–jelas menolaknya, Yoga pun murka.
“Saya tidak akan membunuhnya.” ujar Yoga. Dia hanya ingin melampiaskan amarahnya dan dia ingin melampiaskannya pada Elan.
Jadi, anak buahnya membawa Elan sesuai perintah Yoga.
Di halaman terbuka, Elan dibawa keluar dengan tangan terikat. Yoga menganggap remeh hal itu dan berkata, “Lepaskan dia.”
“Yoga, bagaimana kalau–”
Tapi, Yoga sangat percaya pada kemampuannya. Jadi, dia tidak percaya kalau Elan bisa mengalahkannya. Dia pun mencibir, “Bagaimana bisa seorang Tuan Muda yang manja seperti dia bisa mengalahkan saya? Jaga area samping. Dan kalau dia berani kabur, hajar dia.”
Ada enam orang laki–laki berdiri di samping mereka, menunggu untuk menyaksikan pertarungan ini. Sedangkan Elan, sedang mengenakan mantel hitam, sebuah rompi, dan sebuah kemeja berwarna hitam. Aura kekejaman memancar dari sosoknya dalam kegelapan.
Untuk sesaat, Yoga khawatir saat dia melihat ikatan Elan dilepas. Dia tahu kalau Elan bukan orang yang bisa diremehkan. Tapi, Yoga terlanjur pamer di depan anak buahnya, jadi dia tidak punya pilihan lain selain melanjutkannya demi harga dirinya,
“Ayo, Elan. Saya memberimu kesempatan untuk melawan saya,” ujar Yoga dengan suara dingin.
Mendengar itu, Elan segera melepas mantelnya, menunjukkan sosoknya yang kekar. Otot di balik pakaiannya samar–samar terlihat di bawah cahaya bulan.
“Ayo maju,” jawab Elan acuh.
Yoga mengepalkan tangannya. Dia ingin sekali memberi pelajaran pada Elan dan
menghajarnya hingga babak belur. Akan lebih baik lagi kalau Alanna bisa melihatnya agar dia tahu kalau Yoga jauh lebih hebat dari Elan. Yoga berharap bisa memenangkan hati dan cinta Alanna,
Sementara itu, Elan menganggap cinta Yoga pad Alanna sebagai sebuah kesempatan. Dia diam–diam memperhatikan sekelilingnya, sambil mencari sesuatu yang bisa
ו:‘והניחו;–ונוסון.
Saat itu, di halaman itu sunyi senyap, hanya terdengar desir angin sepoi–sepoi malam itu.
Akhirnya, Yoga berteriak dan berlari menyerang Elan, tapi Elan dengan mudah menghindar. Elan yang dengan mudah menghindari serangannya, membuat Yoga tersentak. Entah kenapa dia mulai merasakan sebuah ketakutan atas musuhnya kali ini.
Seberapa hebat laki–laki yang jadi Tuan Muda di keluarga Prapanca ini?
Yoga paling membenci wajah Elan. Tampilannya benar–benar sempurna, membuat Yoga ingin sekali menghancurkannya. Setelah itu, Yoga mengangkat pukulannya, bersiap untuk menghajar wajah Elan.
Semua kekuatannya dipusatkan pada pukulan itu. Tapi, saat dia akan memukul wajah Elan, sebuah tangan yang begitu kuat mencengkram tangan Yoga. Tangan itu begitu kuat sampai membuat tulang Yoga terasa sakit. Melihat Yoga terdiam, Elan segera membanting pundaknya.
Seketika Yoga terjerembab ke tanah. Dia tidak memedulikan rasa sakit di punggungnya dan segera berdiri, siap untuk melanjutkan perkelahian. Tapi, dia merasakan sakit yang luar biasa di tangan kirinya.
“Elan, kamu pernah dilatih sebelumnya, kan?” tanya Yoga sambil menggertakkan giginya dan matanya penuh dengan amarah.||
“Sekarang kamu takut?” cibir Elan. Cibirannya itu memancarkan aura yang membuat seseorang bergidik ngeri di tengah dinginnya hembusan angin.
Anak buah Yoga, yang tadi berdiri di samping, kini mulai berjaga di dekat Elan.
“Takut padamu? Teruslah bermimpi!” seru Yoga sambil melancarkan serangannya. Dia menendang kaki Elan dan memulai pertarungan dengan tangan kosong.
Dalam pertarungan tangan kosong, kemampuan bertarung dan refleks tubuh sangatlah penting. Semua orang bisa melihat kalau Elan memiliki ketangkasan dan kekuatan yang sama dengan Yoga, atau bahkan lebih baik.
Tapi, Elan sudah dipukuli Yoga sejak dia turun dari kapal tadi. Bagaimana bisa dia begitu kejam?
“Hati–hati, Yoga.”
“Diam!” bentak Yoga.
Saat itu, Elan menendang dada Yoga. Gerakan Elan sangat cepat, secepat kilat, dan Yoga tidak bisa menghindarinya. Hasilnya, dia pun terjengkal sejauh dua meter.
Previous Chapter
Next Chapter
If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report