Ruang Untukmu
Bab 445

Bab 445

Bab 445

“Hai, aku Helen Sanjaya, teman Elsa,” ucap llelen.

“Teman Elsa? Oli hai, aku Romi Wijaya, dan aku bekerja sebagai manajer keuangan di sini di Perusahaan Konstruksi Merian,” jawab Romi. Matanya masih tertuju ke wajah Helen yang sangat mirip Tasya.

Awalnya dia hampir mengira wanita ini Tasya. Mungkin karena dia jatuh cinta pada Tasya pada pandangan pertama, dia pun memiliki kesan yang baik tentang Helen yang mirip Tasya.

Ketika Helen merasakan kekaguman di mata pria ini, sesuatu muncul di benaknya. Diapun tersenyum manis dan bertanya, “Apa aku boleh minta nomor teleponmu? Dengan begitu, akan lebih mudah bagiku untuk mengajukan pertanyaan terkait keuangan di masa depan.”

Awalnya Romi tercengang dengan permintaan tersebut, namun saat merasakan antusiasme Helen terhadapnya, Romi tampak senang dan langsung mengeluarkan ponselnya untuk bertukar nomor dengannya.

“Aku harus menghadiri rapat sekarang. Kamu bisa datang kepadaku kapan saja jika kamu punya pertanyaan, Nona Helen.” Setelah mengatakan itu, Romi pergi dengan senyum lembut.

Helen tersenyum licik saat melihat pria itu pergi. Dia adalah tangan kanan Frans. Tasya, perseteruan di antara kita tidak akan berakhir dalam kehidupan ini. Kamu mati, atau aku mati!

Saat Romi membuka pintu dan masuk ke ruang rapat, dia melihat Tasya duduk di sebelah Frans dengan kepalanya menunduk sedang membaca dokumen. Meskipun berada tepat di depannya, Tasya tampak tidak bisa didekati.

“Romi, di sini!” Elsa memanggilnya.

Namun, Romi menjawab, “Elsa, aku harus memimpin rapat. Aku akan duduk di sini.”

Setelah mengatakan itu, Romi duduk di samping Tasya sedangkan Elsa hanya bisa duduk di belakang karena dia tidak diberi tempat duduk.

Emosi Elsa berkecamuk saat menyaksikan hal ini karena dia tahu Romi hanya mencari kesempatan untuk lebih dekat dengan Tasya.

Dia merasa cemburu dan melirik ke arah Tasya dengan kesal. Dia sudah berkencan dengan Romi beberapa kali dan tanpa sadar telah jatuh cinta padanya. Romi telah memperlakukannya dengan baik dalam segala hal dan membuatnya merasa

dimanjakan. Hanya saja dia tidak cukup.

Dia makin menuduh Tasya merayu pria miliknya.

Ditambah lagi. Tasya memancarkan aura scorang pengambil keputusan. Dia duduk di sebelah ayahnya dengan mengenakan setelan jas dan terlihat seperti calon direktur utama wanita Perusahaan Konstruksi Merian

Semua ini membuat Elsa makin cemburu terhadapnya.

Di ruang tunggu, Helen tampak bosan setengah mati, tetapi sosok Romi terus melayang di benaknya. Jika dia tidak jatuh dalam kondisi seperti ini, dia tidak akan pernah merayu pria yang statusnya manajer itu.

Namun, dia tidak bisa pilih–pilih lagi. Saat ini, dia hanya ingin memanfaatkan wajahnya sebanyak yang dia bisa.

Meskipun Helen merasa kasihan pada Elsa, dia juga sadar bahwa Elsa hanya memanfaatkan Romi. Jadi, Helen bisa menggunakan cara yang sama untuk merayunya. Dengan begitu, dia akan memiliki

tangan ekstra ketika berhadapan dengan Tasya di masa depan.

Sementara itu, Frans yang duduk di kursi utama menatap Tasya di sampingnya menandatangani beberapa dokumen internal perusahaan untuknya.

Mata Romi tertarik dengan gestur tangan Tasya yang apik. Ini membuatnya iri pada Elan. Kenapa Elan bisa memilikinya?

Jika tidak ada Elan, dia pasti akan mengejar Tasya dengan sepenuh hati. Namun, dengan adanya pria seperti Elan di sisi Tasya, Romi tidak memiliki kesempatan itu sama sekali.

Elsa mengira dia ada di sini untuk berpartisipasi dalam rapat, namun dia justru harus menyaksikan Tasya menandatangani dokumen di sisi ayahnya dan Romi yang selalu melirik wanita itu dari waktu ke waktu. Elsa bahkan tidak memiliki kesempatan untuk berbicara dan tidak terlibat sama sekali dalam rapat ini seperti orang bodoh.

Pada akhirnya, Elsa tidak tahan lagi dan menyelinap keluar. Kemudian, dia menemui Helen dan ingin meninggalkan kantor.

“Kamu harus tetap disini,” saran Helen pada Elsa.

“Apa gunanya? Untuk melihat bagaimana Tasya belajar mengelola perusahaan ayahku! Belum lagi penampilannya yang menggoda. Dia tidak tahu apa–apa selain bagaimana merayu seorang pria! Balkan Romi meliriknya beberapa kali!” Elsa merengek.

“Benarkah? Pacarmu juga ada di sana? Kalau begitu, Tasya benar–benar tidak masuk akal,” kata Helen dengan ekspresi puas melintas di matanya.

Helen pun teringat bagaimana Romi memandangnya. Dia tidak peduli sekalipun Romi tertarik padanya karena dia tidak bisa mendapatkan Tasya, Helen akan tetap mendekatinya.

Previous Chapter

Next Chapter

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report