Ruang Untukmu
Bab 1030

Bab 1030

Bab 1030

Hanya dalam waktu singkat, semua kejahatan Antoni terbongkar dan

didokumentasikan di kantor polisi, membuat kedua antek–anteknya tidak dapat melarikan diri.

Meskipun Anita tidak berada dalam bahaya kali ini, peristiwa tersebut telah memengaruhi suasana hatinya di restoran. “Saya ingin memperkenalkanmu pada beberapa orang,” ucap Raditya sambil meletakkan beberapa hidangan di atas piring Anita, “Mereka adalah sahabat saya, termasuk istri dan anak–anaknya.”

“Baiklah! Saya juga tidak sabar untuk bertemu dengan teman–temanmu,” jawab Anita sambil tersenyum penuh kasih sayang.

Sambil makan, Raditya bercerita tentang hubungan yang erat dengan sahabatnya. Anita sangat menikmati ceritanya, sehingga dia meletakkan alat makannya dan mendengarkan dengan saksama sambil menopangkan dagu.

“Wow, kalian semua telah melalui banyak kesulitan!” Tentu saja, Anita mengenal Elan Prapanca, tokoh bisnis yang terkenal itu.

“Saya akan mengatur pertemuan dengan mereka. Arya juga diharapkan segera kembali.” Raditya juga menantikan reuni diantara ketiganya.

Anita memberi tahu ibunya tentang insiden yang melibatkan Antoni malam itu dan Darwanti segera memberikan bukti yang dimilikinya kepada polisi, memastikan bahwa b**ngan itu akan dipenjara seumur hidupnya.

Guntur juga menghubungi polisi dan meminta agar situasi tersebut diselidiki secara menyeluruh.

Sela akhir pekan di Kediaman Keluarga Hernandar, Raisa menerima telepon dari Departemen Penerjemahan pada hari Jumat sore, memintanya untuk melapor untuk bertugas pada hari Senin, yang tiba sebenatar lagi.

Pada pukul 7.30 pagi, Raisa mengenakan setelan baju kerja dan riasan tipis sebelum diantar ke Departemen Penerjemahan oleh sopir Starla. Departemen ini tidak memiliki bangunan bertingkat tinggi, tetapi hanya bangunan tiga lantai dengan pertahanan yang ketat. Meskipun dari luar terlihat normal, namun bangunan ini dibentengi dengan sangat ketat.

Bekerja di sini menanamkan rasa misi yang kuat, seolah–olah seseorang harus mengesampingkan semua emosi pribadi untuk mengabdikan diri pada tujuan yang

mulia.

Raisa melangkah keluar dari mobil dan melihat sekeliling. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menarik napas dalam–dalam sebelum masuk. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan dan registrasi, dia akhirnya diarahkan ke pintu masuk. Departemen Penerjemahan.

Dia kemudian mendorong pintu ke ruang konferensi di mana ada dua pria dan dua wanita di dalamnya yang kebetulan adalah peserta magang baru. Pada saat itu juga, pandangan mereka tertuju pada Raisa.

Para peserta magang baru itu telah mengetahui dari berita internal bahwa seorang peserta magang lain akan bergabung dengan mereka. Tidak seperti yang lain yang telah diterima melalui prosedur normal, Raisa jelas–jelas masuk melalui jalur belakang.

“Kamu pasti anak magang yang baru saja ditambahkan! Kamu sangat beruntung!” seorang gadis berseru dengan aneh sambil menggigit ujung pulpennya.

“Halo, nama saya Raisa Sayaka,” gadis yang beruntung itu memperkenalkan diri dengan sopan.

“Mila Mahesa,” ucap gadis yang baru saja berbicara.

“Halo, nama saya Charli Geofan,” ucap seorang pemuda gagah.

“Saya Monika Jonathan.”

“Tania Kalingga.”

Dua pese

magang lainnya tidak terlihat senang; lagi pula, memiliki peserta magang lain akan meningkatkan peluang mereka untuk dipecat. Akibatnya, mereka jelas ragu–ragu untuk menerima tambahan orang lagi.

Ini adalah persaingan yang diam–diam namun sengit untuk mendapatkan posisi di Departemen Penerjemahan.

Kemudian, seorang pria dan wanita lainnya muncul; pria bertubuh gemuk dan

wanita sombong, seolah-olah wanita itu terlahir sebagai orang yang lebih unggul.

Namanya Inara Cakra dan memiliki latar belakang yang paling kuat di antara para peserta magang lainnya. Dia adalah generasi ketiga dari keturunan pejabat pemerintah, jadi dia memiliki kesempatan yang lebih baik untuk tinggal daripada orang lain di sini; tidak ada seorang pun di ruangan itu yang bisa menjadi lawannya.

Raisa memperhatikannya dengan saksama karena dua gadis di sisi yang berlawanan menundukkan kepala mereka, berbisik dan menatap Inara dengan iri begitu dia tiba.

“Jadi, kamu yang menyerobot antrean, ya?” tanya Inara sambil melotot karena jijik.

Sejak awal, orang–orang yang tidak mengagumi Raisa menoleh untuk menatapnya begitu kata–kata itu diucapkan. Hanya Charli dan pria gemuk itu yang terlihat ramah, sementara empat anak magang lainnya melihat Raisa sebagai ancaman.

Wajah Raisa tampak malu dan dia terdiam beberapa saat.

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report