Ruang Untukmu -
Bab 1011
Bab 1011
Bab 1010
10 mutiara
“Tidak apa–apa. Saya akan tidur lebih nyenyak setelah ini.” Rendra kemudian menenggak setengah gelas dalam sekali teguk.
“Pelan–pelan saja, Pak Rendra. Lambungmu bisa rusak kalau kamu minum terlalu cepat.” Raisa merasa khawatir padanya.
Namun, dia mendapati dirinya bertatapan dengan tatapan yang sangat serius.
Karena takut, dia segera menunduk dan melanjutkan makannya dan tidak berani menghentikan Rendra untuk minum lagi.
Sambil meletakkan gelasnya, Rendra berkata pada gadis di hadapannya, “Apa kamu tidak ingin meminjam kucing? Saya punya satu di rumah.”
Raisa tertegun selama beberapa detik dan sangat senang mendengarnya. “Pak Rendra, kamu benar– benar punya kucing!”
“Benar. Saya akan menyuruh anak buah saya untuk membawanya ke sini besok,” katanya dengan
santai.
“Bagus sekali! Saya butuh seekor kucing!” Dia kemudian berkata kepada Wirawan, “Paman Wirawan, saya menemukan seekor tikus di ruang kerja tadi. Saya khawatir tikus itu akan memakan buku–buku itu, jadi inilah kenapa saya ingin seekor kucing untuk mengusirnya.”
“Benarkah? Apa ada tikus lagi di ruang kerja? Saya juga menemukannya terakhir kali. Saya rasa ini karena musim hujan sehingga membuat tikus–tikus itu mencari tempat yang hangat,” kata Wirawan
dengan sedikit frustasi.
“Hal ini tidak akan terjadi jika kita berada di apartemen. Tapi, hal ini sulit dihindari karena kita. tinggal di vila.” Starla menunjuk.
Baru makan beberapa suap, Wirawan menyadari bahwa gelas Rendra sudah kosong. Dia hendak menuangkan segelas lagi saat Starla melarangnya. “Sudah cukup. Kamu berkonsentrasi saja untuk mengisi gelasmu sendiri.”
“Jarang sekali Rendra minum bersama kita. Ayo, ayo kita minum lagi!” Wirawan sedikit kesal.
Pada saat itu, Raisa tertawa kecil sebelum dia kembali bertatapan dengan Rendra, yang tatapan garangnya membuat Raisa membeku seketika dan menegang seperti anak kecil yang patuh.
Melihat senyum gadis itu menghilang setiap kali dia melihatnya membuat Rendra sedikit bingung. Apakah saya seseram itu?
Dia sebenarnya suka melihat senyuman gadis itu, karena menurutnya senyuman itu sangat menenangkan.
Rendra, saya masih ingat kalau kamu pernah sakit perut karena kamu tidak makan dengan benar
menatap adiknya itu dengan rasa ingin tahu karena Rendra tidak tampak seperti sedang mencicipi anggur. Dia lebih terlihat seperti sedang menggunakannya untuk menenggelamkan kesedihannya.
Di depan kakak perempuannya, Rendra tidak berani bertingkah dan menjawab, “Bukan apa–apa. Saya hanya ingin minum satu atau dua gelas karena melihat betapa bahagianya Wirawan.”
If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.
Report